sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Industri Penerbangan RI Belum Pulih, Pengusaha Beberkan Sejumlah Tantangan Terberat

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
01/08/2025 10:10 WIB
Asosiasi Pengusaha Penerbangan atau Inaca mencatat selama 2024 dan 2025, industri penerbangan nasional masih belum membaik.
Industri Penerbangan RI Belum Pulih, Pengusaha Beberkan Sejumlah Tantangan Terberat. (Foto Istimewa)
Industri Penerbangan RI Belum Pulih, Pengusaha Beberkan Sejumlah Tantangan Terberat. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Asosiasi Pengusaha Penerbangan atau Indonesia National Air Carriers  Association (Inaca) mencatat selama 2024 dan 2025, industri penerbangan nasional masih belum membaik. Bahkan, masih menghadapi banyak tantangan baik tantangan global maupun nasional.

Ketua Umum Inaca Denon Prawiraatmadja mengatakan, memanasnya geopolitik global memengaruhi berbagai hal dalam industri penerbangan. Misalnya, terganggunya rantai pasok untuk pesawat dan sparepart, serta harga minyak dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung meningkat.

"Di dalam negeri, dampak pandemi Covid-19, kebijakan pemerintah serta iklim usaha yang diwarnai persaingan bisnis tajam juga membuat industri penerbangan belum kembali seperti sebelum pandemi Covid-19," ujarnya saat ditemui usai acara Indonesia Aero Summit 2025 di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Menurut Denon, hal ini mengakibatkan jumlah penumpang domestik untuk penerbangan berjadwal selama 2024 stagnan seperti 2023. Selain itu, jumlah pesawat juga turun karena banyak pesawat yang masuk Maintenance, Repair, and Operations (MRO) dan kesulitan mendapatkan spare parts.

Lebih lanjut, dia menjelaskan terdapat beberapa tantangan penerbangan nasional, baik untuk maskapai penerbangan berjadwal, tidak berjadwal dan kargo yang harus disikapi bersama stakeholder penerbangan. Seperti regulasi yang kurang fleksibel, risiko nilai tukar rupiah terhadap dollar, pengadaan sparepart, hubungan dengan pengelola bandara dan Airnav, masalah operasional penerbangan tidak berjadwal (terbang malam, terbang khusus, air ambulance, dan lainnya), serta penerbangan charter ilegal.

"Diperlukan langkah-langkah strategis jangka pendek, menengah dan panjang agar tantangan ini bisa segera teratasi dan industri penerbangan pulih seperti sebelum pandemi Covid-19," kata Denon.

Sebagai asosiasi pengusaha, Inaca mengharapkan pemerintah untuk melanjutkan pembahasan permasalahan industri penerbangan secara holistik dan komprehensif mulai dari bisnis dan operasional penerbangan sampai dengan hal-hal pendukungnya dengan melibatkan pentahelix stakeholder yaitu pemerintah lintas kementerian/lembaga, kalangan bisnis, akademisi, dan masyarakat.

Selain itu, Inaca juga meminta pemerintah untuk menyelenggarakan konektivitas penerbangan secara komprehensif dengan sistem hub dan spoke baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.

"Kita juga mendorong pemerintah melakukan deregulasi terkait proses ekspor-impor sparepart baik yang melekat maupun tidak melekat di pesawat dengan menggunakan Illustrated Part Catalog (IPC) serta berdasarkan aturan Tokyo Round dari WTC," kata Denon.

Inaca juga berharap agar dibentuknya Dewan Transportation Board bekerja sama dengan moda transportasi lain dan stakeholder terkait untuk mengembangkan transportasi multimoda dalam rangka mendukung pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement