Sementara itu, bursa saham AS melemah signifikan pada perdagangan semalam di mana menempatkan Dow Jones pada posisi minus 3,94 persen; S&P 500 ambles 4,32 persen, dan Nasdaq anjlok 5,16 persen.
Kondisi ini juga diamini oleh Nomura Securities International.
Mengutip Reuters, Nomura memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin pada pertemuan November dan Desember.
Adapun target The Fed saat ini masih berada pada kisaran 2,25 persen hingga 2,50 persen, mengikuti kenaikan 75 basis poin Fed pada bulan Juli. (Lihat tabel di bawah ini.)
Mengutip Reuters, dengan turunnya angka inflasi menuju 8,3 persen, para ekonom memperkirakan penurunan bulanan akan mengecil di tengah penurunan harga energi dan akan membuka jalan bagi bank sentral AS untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Namun hal tersebut diperkirakan akan berdampak pada percepatan inflasi di sektor jasa dan kenaikan biaya sewa yang mengkhawatirkan.
Kondisi ini cenderung menyebabkan ketidakstabilan dari satu bulan ke bulan berikutnya.
"Untuk beberapa waktu, kami telah menyoroti munculnya fenomena kenaikan harga sebagai akibat dari upah yang lebih tinggi dan ekspektasi inflasi yang semakin tidak terkendali sebagai faktor yang dapat membuat inflasi terus meningkat lebih lama, membutuhkan respons yang lebih kuat dari The Fed. Dengan data terbaru, kami percaya risiko tersebut mulai terjadi melalui inflasi terukur yang lebih tinggi di sektor barang dan jasa," tulis Nomura.
Sebelumnya, kondisi ekonomi AS tertekan dengan inflasi tahunan mencapai 9,1 persen pada Juni 2022. Naiknya harga komoditas energi dan pangan telah memicu inflasi AS ke level tertingginya dalam 4 dekade terakhir. (ADF)