sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Inflasi AS Mendingin Namun Mengkhawatirkan, Menakar Langkah The Fed Selanjutnya

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
15/02/2023 11:06 WIB
Angka inflasi negeri Paman Sam dilaporkan sedikit melambat menjadi 6,4% pada Januari 2023 dari sebelumnya 6,5% pada Desember.
Inflasi AS Mendingin Namun Mengkhawatirkan, Menakar Langkah The Fed Selanjutnya. (Foto: MNC Media)
Inflasi AS Mendingin Namun Mengkhawatirkan, Menakar Langkah The Fed Selanjutnya. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Amerika Serikat (AS) baru saja merilis tingkat inflasi tahunan pada Selasa (14/2). Angka inflasi negeri Paman Sam dilaporkan sedikit melambat menjadi 6,4% pada Januari 2023 dari sebelumnya 6,5% pada Desember.

Namun, angka inflasi ini meleset dari perkiraan pasar sebesar 6,2%. Meski demikian, ini merupakan angka inflasi terendah sejak Oktober 2021. (Lihat grafik di bawah ini.)

Estimasi median dalam survei ekonom Bloomberg meramalkan kenaikan inflasi bulanan mencapai 0,5% dan kenaikan 0,4% dalam inflasi inti.

Biaya tempat tinggal yang masih meningkat menyumbang hampir setengah dari kenaikan inflasi bulanan, naik 0,7% selama sebulan dan 7,9% lebih tinggi dari tahun lalu. Indeks makanan, bensin, dan gas alam juga berkontribusi terhadap kenaikan tersebut.

Perlambatan terlihat pada harga makanan dengan inflasi mencapai 10,1% dibandingkan sebelumnya 10,4%. Sementara harga mobil dan truk bekas terus menurun minus 11,6% dibanding sebelumnya minus 8,8%).

Sebaliknya, biaya tempat tinggal meningkat lebih cepat sebesar 7,9% dibanding 7,5% bulan sebelumnya. Harga energi juga masih naik sebesar 8,7% dibanding 7,3% bulan sebelumnya dengan harga bensin naik 1,5%, berbalik dari penurunan 1,5% di bulan Desember.

Di sisi lain, baik harga BBM dan harga listrik mengalami perlambatan masing-masing 27,7% dan 11,9%.

Meskipun inflasi telah menunjukkan tanda-tanda puncak di level 9,1% pada Juni tahun lalu, namun angka inflasi hari ini masih tetap lebih dari tiga kali lipat di atas target Fed sebesar 2%.

Dibandingkan dengan Desember, inflasi naik 0,5%, terbesar dalam tiga bulan, sebagian besar karena biaya tempat tinggal, makanan, bensin, dan gas alam yang lebih tinggi.

Sementara musim gugur menjadi musim baik bagi warga AS dan telah mengurangi biaya hidup. Menariknya, harga telur sempat melonjak drastic di AS. Serta jus jeruk hingga sewa dan perawatan kesehatan melonjak.

Menakar Langkah The Fed

Angka inflasi terbaru menjadi bukti bahwa pasar pekerjaan AS masih cukup kuat. Pada Januari, AS menambahkan lebih dari 500.000 pekerjaan baru, kira-kira tiga kali lipat jumlah yang diperkirakan para ekonom.

Kekuatan pasar tenaga kerja ini telah membuat khawatir beberapa pejabat The Fed. Mereka khawatir pasar tenaga kerja yang ketat akan menyebabkan kenaikan upah dan akan memicu tekanan inflasi.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu sempat mengatakan lonjakan inflasi yang paling parah di alami AS dalam beberapa dekade telah mereda.

Namun, awal bulan ini ia mengindikasikan bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga karena berjuang untuk mengembalikan kenaikan harga ke tingkat target The Fed 2%.

“Kami membahas banyak hal, dan efek penuh dari pengetatan cepat kami sejauh ini belum terasa. Meski begitu, kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Powell beberapa waktu lalu, dikutip The Guardian, Selasa (14/2).

Kondisi inflasi AS yang di bawah ekspektasi para ekonom ini juga masih dipandang problematik.

"Itu bisa saja lebih buruk. Terjadi penurunan harga mobil bekas dan tiket pesawat. Namun, selama biaya perumahan naik secepat sebelumnya, akan sulit untuk menurunkan inflasi berdasarkan target The Fed." kata Stephen Stanley, kepala ekonom AS di Santander US Capital Markets LLC, dikutip Bloomberg, Selasa (14/2).

Mengutip Bloomberg, jalan menuju harga yang stabil kemungkinan besar akan panjang dan bergelombang.

Ketika dikombinasikan dengan ledakan serapan pekerjaan pada Januari dan tanda-tanda ketahanan konsumen yang bertahan lama, kondisi ini akan meningkatkan daya tahan ekonomi dan tekanan harga, meskipun kebijakan The Fed sudah agresif.

Optimisme disinflasi yang sebelumnya muncul dan telah mendorong penurunan inflasi secara keseluruhan dalam beberapa bulan terakhir tampaknya akan kehilangan tenaga, dan kekuatan pasar tenaga kerja terus menimbulkan pertumbuhan upah dan harga jasa.

Periset: Maulina Ulfa

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement