Meski demikian, inflasi mendasar di Jepang masih tetap sangat tinggi, dengan indeks selain biaya makanan dan bahan bakar melonjak 4,3 persen pada Mei dan menjadi pembacaan tertinggi sejak 1981. Peningkatan biaya layanan dan harga rumah berkontribusi pada pembacaan yang tinggi ini.
Meskipun pasar energi global terlihat lebih stabil dari dampak konflik Rusia-Ukraina, namun rantai pasokan makanan tetap masih ketat dan membebani negara-negara dengan kebutuhan impor yang tinggi. Diketahui Jepang mengimpor sekitar 60 persen dari total konsumsi makanannya.
Subsidi pemerintah pada harga listrik juga merupakan pendorong utama inflasi, demikian pula beberapa tanda stabilitas di pasar komoditas global.
Tetapi pelemahan yen baru-baru ini, yang diperdagangkan pada posisi terendah lebih dari enam bulan juga dikhawatirkan dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, mengingat ketergantungan Jepang yang tinggi pada impor.
Adapun sejumlah saham Asia juga memerah pada perdagangan hari ini, Jumat (23/6/2023). Indeks Nikkei 225 turun 1,6 persen hingga penutupan perdagangan sesi I pada pukul 09.45 WIB. Adapun indeks Hang Seng di Hong Kong juga turun 1,63 persen pada waktu yang sama. Indeks TOPIX dan Kospi juga mengalami penurunan masing-masing 1,4 persen dan 0,78 persen.
Selain itu, aktivitas bisnis Jepang juga lebih lambat pada Juni, menurut perkiraan au Jibun bank.
Indeks manajer pembelian komposit turun menjadi 52,3 pada Juni, dibandingkan dengan 54,3 pada Mei.
Pembacaan PMI di atas 50 mengindikasikan ekspansi di sektor ini, sementara pembacaan di bawah 50 mengindikasikan kontraksi.
Aktivitas manufaktur terutama jatuh ke wilayah kontraksi, dengan PMI manufaktur di 48,4 dibandingkan dengan Mei 50,9.
Ini masih menjadi sinyal bahwa ekonomi di Asia Pasifik masih tertekan, didukung dengan kinerja ekonomi China yang lesu dan mendorong pemotongan suku bunga lebih lanjut.
Sementara pembacaan IHK Jepang secara umum juga masih tetap jauh di atas kisaran target 2 persen Bank of Japan. Tetapi bank sentral telah berulang kali mengisyaratkan tidak akan memperketat kebijakan dalam waktu dekat, dan inflasi kemungkinan akan turun lebih jauh dalam beberapa bulan mendatang. (ADF)