Selain itu, pasar modal juga dinilai kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Padahal, diakuinya, pengembangan pasar modal penting untuk menciptakan persaingan sehat dengan sektor perbankan, sekaligus menurunkan suku bunga dan menyediakan alternatif pembiayaan jangka panjang.
"Kalau ingin ekonomi itu vibrant, pasar modal harus dikembangkan. Karena ini menjadi persaingan sektor perbankan. Sehingga akan menekan turun suku bunga. Karena pasar modal menyiapkan pinjaman untuk yang sifatnya modal jangka panjang. Sedangkan perbankan sangat terbatas," tuturnya.
Masalah lain yang menurut Wijayanto perlu dibenahi adalah terkait kuota dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang banyak dimanfaatkan untuk kepentingan rent-seeking. Dia mencontohkan praktik manipulasi TKDN di sektor elektronik yang justru merusak.
"TKDN, ya kita tahulah praktik TKDN. Dan handphone katanya TKDN-nya 35 persen. Tapi sebenarnya praktiknya adalah impor dari China, ganti bungkus, kemudian dijual kepada produsen di dalam negeri, dan itu sudah dianggap sebagai TKDN," ujar Wijayanto.
"Kalau TKDN, kebijakan yang kelihatan indah, tetapi praktiknya seperti itu, sebenarnya ini berpotensi membuat Indonesia tidak menarik untuk investasi," ujarnya.
Wijayanto juga menyinggung pentingnya keseriusan dalam menyusun kebijakan terkait free trade agreement (FTA), insentif pajak, dan pemberantasan ekonomi bawah tanah.