sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Iuran Tapera Jadi Beban Baru buat Kelas Menengah RI

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
30/05/2024 18:30 WIB
Nasib kelas menengah di Indonesia semakin berat di tengah kondisi ekonomi nasional yang penuh tekanan dan ketidakpastian global.
Iuran Tapera Jadi Beban Baru buat Kelas Menengah RI. (Foto: Unsplash)
Iuran Tapera Jadi Beban Baru buat Kelas Menengah RI. (Foto: Unsplash)

Belum lagi kenaikan harga pangan pokok yang semakin membuat pengeluaran masyarakat teralihkan ke konsumsi pokok. Akibatnya, gaji habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.

Per Maret 2024, kenaikan inflasi juga terjadi karena adanya kenaikan harga sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Terutama disebabkan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang andil mencapai 7,43 persen.

Fithra Faisal Hastiadi, Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan sentimen pesimistis kelas menengah sebagian besar disebabkan oleh tekanan inflasi, terutama dari fluktuasi harga bahan pangan selama Februari.

“Kondisi ini mengikis daya beli konsumen dan membuat mereka merasa lapangan pekerjaan mereka tidak mencukupi untuk mengimbangi kenaikan biaya. Akibatnya, lapangan kerja dan harga secara bertahap menjadi masalah rumah tangga yang mendesak bagi kelas menengah,”kata Fithra dalam opininya di harian The Jakarta Post, 28 Maret 2024.

“Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh lagi mengabaikan kelas menengah, dan kebijakan harus diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhannya,”imbuh Fithra.

BPS juga merilis hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 pada Desember 2023. Menurut survei tersebut, DKI Jakarta menjadi kota dengan biaya hidup tertinggi nasional.

BPS mencatat nilai konsumsi rata-rata per rumah tangga di ibu kota negara ini tembus Rp14,88 juta per bulan.

Di tengah tingginya biaya hidup, kondisi ini tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan buruh di Indonesia.

Kesenjangan sisa gaji juga terjadi pada laju pendapatan dan pengeluaran antara kelas menengah dan kelas atas.

Di sisi lain, laju pengeluaran kelas menengah juga tercatat lebih tinggi. Pengeluaran calon kelas menengah rata-rata per tahun 7,4 persen dan kelas menengah 6,8 persen dari tahun sebelumnya. Adapun kelas atas, angka pengeluaran per tahun hanya sekitar 5,6 persen.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan UMP tertinggi 2024 mencapai Rp Rp5.067.381, sedangkan UMP terendah berada di Jawa Tengah yang hanya mencapai Rp 2.036.947.

Menurut Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Omas Bulan Samosir, laju pendapatan yang rendah dan cenderung stagnan karena situasi ekonomi makro.

“Mencari pekerjaan dengan penghasilan tinggi itu sulit. Apalagi mencari pekerjaan tambahan. Oleh karena itu, berapa pun penghasilan, diterima saja,” ujar Omas dikutip Kompas, 25 Februari 2024.

Dengan gaji stagnan, menurut Omas, calon kelas menengah dan kelas menengah terbelenggu naiknya pengeluaran kebutuhan hidup. Akibatnya, mereka tidak bisa menabung karena penghasilan habis untuk kebutuhan harian yang terus naik.

Tak hanya itu, polemik kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang termasuk dalam komponen biaya pendidikan juga membuat kelas menengah semakin tercekik. Ini tercermin dari inflasi pendidikan yang tak bergeser dari rata-rata 2,15 persen dalam setahun terakhir. (Lihat grafik di bawah ini.)

Baru-baru ini, pemerintah akhirnya membatalkan kenaikan UKT yang ditunda hingga tahun depan.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam acara Asian Development Outlook 2024 Discussion di Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Kamis (16/5/2024) lalu mengatakan pengeluaran masyarakat saat ini lebih terarah pada kebutuhan yang terkait supermarket.

"Supermarket ini biasa kami gunakan sebagai proxy untuk belanja makan dan minuman," kata Andry.

Menurut Andry, data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk kebutuhan makan minum pada 2024 melonjak tinggi dibandingkan tahun 2023.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement