IDXChannel - Perbedaan resesi dan depresi menjadi dua faktor yang berbeda namun memiliki dampak yang bisa dikatakan sama. Seperti di masa pandemi Covid-19 yang berdampak cukup signifikan terhadap bisnis, ekonomi, dan lapangan pekerjaan di seluruh dunia.
Alasannya adalah bahwa negara itu akhirnya mengalami resesi. Banyak yang bertanya-tanya apakah penurunan ini akan berakhir dengan resesi atau, lebih buruk lagi, menyebabkan depresi. Berikut perbedaan depresi dan resesi ekonomi yang perlu Anda ketahui:
Apa Itu Resesi Ekonomi?
Resesi atau resesi adalah suatu kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB atau PDB) telah negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut. Resesi biasanya menyebabkan penurunan dalam semua kegiatan ekonomi, termasuk pekerjaan, investasi, dan keuntungan perusahaan. Indonesia sendiri mengalami dua kali resesi, pada tahun 1960 dan 1998.
Penyebab resesi ekonomi:
Ada beberapa alasan mengapa negara jatuh ke dalam resesi. Ditandai dengan penyebab berikut::
- Suku bunga tinggi membatasi jumlah yang tersedia di masyarakat. Ini bisa memicu resesi ekonomi.
– Inflasi yang tinggi juga dapat memicu resesi karena harga barang dan jasa naik secara signifikan dan orang-orang enggan berbelanja.
- Krisis keuangan terjadi ketika bank kekurangan likuiditas dan jumlah kredit dan investasi menurun.
- Turunnya pesanan produksi.
- Saham terus jatuh karena investor kehilangan kepercayaan dalam investasi mereka.
- Turunnya upah riil membuat konsumen kurang percaya diri dalam pengeluaran mereka, menurunkan PDB.
- Harga barang dan jasa di pasar turun karena efek deflasi.
- Perang dagang AS-China menjadi penghalang ketidakpastian investasi.
- Covid-19 juga telah mengganggu kepercayaan bisnis, perjalanan, dan manufaktur.
- Perubahan teknologi dapat memaksa beberapa pekerjaan menghilang, meningkatkan pengangguran dan menyebabkan resesi.