Namun, harus dilihat kembali apakah kondisi tersebut berdampak pada penambahan nilai yang diperoleh Indonesia.
“Sebenarnya kalau kita lihat dalam peta rantai global suplai sebenarnya meski pun contohnya ada sebuah industri di negara kita yang ekspornya meningkat cukup baik apakah nilai tambah yang terbesar itu diperoleh Indonesia? Itu menjadi pertanyaan penting untuk digali lebih matang,” jelas dia.
Sementara itu, jika Indonesia tidak ingin kebanjiran impor seharusnya Indonesia menunda untuk ratifikasi perdagangan bebas.
“Sebenarnya itu ya salah sendiri kalau misalnya tidak mau kebanjiran impor, ya jangan dulu untuk ratifikasi perdagangan bebas. Kan keputusan kita sudah bulat untuk mengikuti berbagai kerja sama perdagangan bebas. Ya, konsekuensinya harus mau menerima impor,” ucap Ahmad.
Di sisi lain, menurut Ahmad, ada beberapa impor yang memang perlu diatur. Misalnya, impor yang masuk melalui e-commerce dan impor yang belum mendapat aturan-aturan.