Produk yang dihasilkan pun diekspor ke berbagai negara. "Padahal kita tahu di Indonesia ini adalah raja gula, ekspor kita ke mana-mana ke semua negara, saat itu. Pertanyaannya, kenapa dari yang dulu mengekspor kok sekarang impor," ucapnya.
Presiden menilai dengan penggunaan bibit yang baik dan mesin modern yang memberikan rendemen yang baik, akan menguntungkan petani. Namun, hal ini tentu membutuhkan investasi besar dan kerja keras.
Selain memenuhi gula konsumsi, tebu juga dapat diolah menjadi Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah itu, sejalan ambisi pemerintah meningkatkan energi baru dan terbarukan (EBT).
Presiden mencatat separuh energi, BBM yang digunakan 50 persennya adalah impor. Dia tak ingin Indonesia terus-terusan seperti itu. Menurutnya tebu dan sawit bisa ditingkatkan lagi, itu akan memperkuat ketahanan energi negara nasional.
“Ini yang akan kita lakukan sehingga nantinya selain gulanya terpenuhi, ada sisi lain yaitu karena gula juga menghasilkan molase, ini yang akan dipakai untuk membangun industri
Bioetanol yang juga akan memperkuat ketahanan energi kita," kata dia.
(FRI)