"Sedangkan problem kami, bahwa secara ekonomi ada ketidaksetaraan dengan perusahaan teknologi global yang menguasai pasar distribusi konten secara dominan," ungkap Yadi.
Kondisi ini, dijelaskan Yadi, berdampak besar pada pembagian kue iklan yg tidak merata dan cenderung mengabaikan jurnalisme berkualitas, sehingga konten-konten yg tersebar lebih banyak 'konten-konten recehan'.
"Ini perlu didorong dengan aturan yg mengikat dan berdampak baik bagi perusahaan media lokal dan nasional, serta penekanan terhadap tersebarnya karya jurnalistik yg sesuai code of conduct," tegas Yadi. (TSA)