Masih dari laporan yang sama, FDI di Indonesia naik karena investasi yang kuat di bidang manufaktur; transportasi, penyimpanan dan komunikasi, pertambangan, dan ekonomi digital menjadi pendorong arus masuk.
Salah satu yang menarik investor juga adalah bisnis rantai nilai kendaraan listrik atau EV, mulai dari penambangan dan peleburan nikel hingga produksi baterai, perakitan EV, dan investasi dalam infrastruktur EV.
Potensi pasar dan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, termasuk pusat data, juga disebut menjadi alasan utama aliran dana asing masuk RI.
Adapun FDI di sektor keuangan turun sebesar 56%, dari sebelumnya USD4,4 miliar pada tahun 2020 menjadi USD1,9 miliar pada tahun 2021.
Di tahun ini, dunia akan menghadapi tingkat investasi rendah karena kondisi ketidakpastian global. Laporan terbaru WEF dalam Chief Economic Outlook edisi Januari 2023 menyebutkan bahwa lemahnya investasi di tahun ini dapat terjadi secara massif.
Dari survei yang dilakukan WEF, beberapa alasan lemahnya investasi disebabkan oleh permintaan yang lemah, suku bunga yang lebih tinggi dan biaya input yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, Indonesia perlu bekerja lebih keras dalam mempromosikan investasi dan memberikan insentif yang lebih menarik untuk para investor. Meskipun tren meningkat, bukan berarti tahun ini FDI ke Indonesia akan menarik seperti tahun sebelumnya.
Bahkan, pemerintah bisa dikatakan begitu ambisius soal target investasi. Tahun ini Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menaikkan target investasi sebesar 16,7% dari sebelumnya Rp 1.200 triliun menjadi Rp 1.400 triliun. (ADF)