Sedangkan di sisi lain, langkah pemerintah melalui grebek pasar dinilai tak membantu dirinya termasuk para pedagang lain. Penjualan minyak yang di jual di bawah harga toko membuat para pembeli ogah membeli barangnya, alhasil minyak goreng Syawal tak kunjung dibeli.
"Pada akhirnya saya harus menjual lebih rendah, yah minimal bisa balik modal aja deh," katanya.
"Bisa dibilang 2022 tahun yang berat," keluhnya.
Ucapan Syawal sendiri bukan tanpa alasan, semenjak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, daya beli masyarakat alami penurunan. PSBB maupun aktifitas yang terbatas membuat beberapa pedagang terpaksa kehilangan pelanggan, pemilik warteg, catring, hingga hotel tak lagi menjual makanannya. Imbasnya beberapa barangnya menumpuk di gudang.
Kondisi ini membuat barang barangnya akhirnya menjadi basi. Beberapa barang terpaksa harus di jual murah agar tak merugi terlalu besar.
"Kalo saya masih agak mending mas, coba pedagang sayur, mereka banyak yang rugi. Bahkan dua pedagang disini udah tutup karena terus terus rugi," tutupnya.
Kenaikan sembako yang terjadi di awal tahun membuat daya beli masyarakat menurun. Para pedagang terpaksa harus merugi lantaran sejumlah barang menjadi basi.