Jumlah yang semakin sedikit ini juga berkait dengan kondisi perusahaan produsen pesawat terbang dunia yang terdampak pelemahan ekonomi selama pandemi Covid-19. Alhasil, berdampak juga pada perusahaan maskapai di dalam negeri untuk menambah jumlah pesawat baru.
"Kita ingin sekali bekerja sama Boeing karena kita kurang jumlah pesawatnya. Kita itu mandatori harusnya punya 700 pesawat, tapi hari ini Indonesia pasca Covid-19 hanya 390 pesawat," ujar Erick.
Menurutnya, ketersedian jumlah armada pesawat di Indonesia penting untuk mendukung kelancaran mobilitas masyarakat sebagai negara kepulauan.
Beberapa perusahaan maskapai yang saat ini tengah dibidik Erick Thohir sendiri untuk menjajaki kerjasama antara lain, Airbus, Boeing, produsen pesawat asal China Comac, hingga produsen pesawat asal Rusia.
"Jadi ya solusi-solusi ini (menambah pesawat) mau tidak mau harus bekerja sama apakah dengan Airbus, Boeing, ataupun Comac dari China, ataupun pesawat dari Rusia. Karena kita tidak mungkin 10 tahun lagi terbelenggu dengan jumlah pesawat yang sama. Ini sangat membahayakan, karena kita sendiri merupakan negara kepulauan archipelagic," kata Erick.
(Dhera Arizona)