"Kita mengantisipasi itu dengan memberikan fleksibilitas kepada Airline. Jadi kalau kita lihat di periode Nataru ini kita memberikan fleksibilitas kepada Airline untuk mengoptimalkan armada yang mereka operasikan dengan memberikan fleksibilitas jam operasi," ungkap dia.
Dengan keterbatasan jumlah pesawat, lanjut Faik, banyak maskapai yang meminta adanya fleksibilitas jam operasi. Akibatnya, extra flight membuat jumlah pergerakan pesawat cukup tinggi, hanya saja ketersediaan armada terbatas.
"Kalau mereka pesawatnya terbatas dan mau menambah ekstra flat ya kita akomodir, kalau mereka minta kepada kita menambah jam operasi ya kita tambahin jam operasi. Kita lihat dari jumlah pesawat ya, sekarang ini kecenderungan jumlah pesawat hampir sama periode tahun lalu kan," ujar dia.
Tercatat, sejak 19 - 31 Desember 2022 ada 872 pergerakan pesawat. Sementara jumlah pesawat yang tersedia saat ini baru mencapai 550 armada.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya mencatat Indonesia membutuhkan 750 pesawat terbang untuk melayani transportasi udara domestik. Artinya, RI masih kekurangan 200 armada.