sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jurus Jokowi Stimulus Ekonomi Wong Cilik di Akhir Masa Jabatan

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
27/10/2023 07:30 WIB
Kondisi perekonomian Indonesia jelang akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tumbuh mengesankan.
Jurus Jokowi Stimulus Ekonomi Wong Cilik di Akhir Masa Jabatan. (Foto: MNC Media)
Jurus Jokowi Stimulus Ekonomi Wong Cilik di Akhir Masa Jabatan. (Foto: MNC Media)

Ekspor batu bara RI tercatat mencapai USD2,2 miliar per September 2023. Angka ini lebih rendah dibanding periode yang sama setahun sebelumnya yang mencapai USD4,16 miliar.

Sementara pada periode yang sama, nilai ekspor minyak kelapa sawit RI tercatat USD1,84 miliar, menurun dibandingan setahun yang lalu sebesar USD2,41 miliar.

  1. Tergerusnya cadangan devisa

Dampak dari adanya pelemahan rupiah membuat cadangan devisa (cadev) tergerus. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadev Indonesia per akhir September 2023 sebesar USD134,9 miliar. Sayangnya, posisi cadangan devisa Indonesia turun dibandingkan Agustus 2023 yang masih di level USD137,1 miliar.

Angka cadangan devisa juga cenderung merosot sejak Maret 2023 di mana pada periode tersebut nilainya masih di kisaran USD145 miliar, menyamai level di akhir 2021.

Menurut BI, penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

  1. Utang luar negeri jumbo

Kementerian Keuangan mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II 2023 sebesar USD396,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir Triwulan I 2023 sebesar USD403,2 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)

ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbungan 1,4 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,9 persen (yoy). Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta. 

Pada akhir 2022, ULN RI mencapai USD 396,84 miliar. Angka ini sudah bertambah USD144,48 miliar atau naik sekitar 57 persen dibanding tahun 2012.

Di tengah melambungnya dolar dan pelemahan mata uang Garuda bisa membebani ULN Indonesia. Jika menggunakan kurs saat ini (Rp 15.931 per USD), maka ULN sebesar USD396,3 miliar setara dengan Rp6.313,45 triliun.

  1. Naiknya harga energi

Harga minyak mentah berjangka terus menguat seiring dengan berbagai sentimen makro di antaranya perang di Timur Tengah hingga kekhawatiran pengetatan pasokan akibat pemotongan produksi oleh OPEC+. Minyak West Texas Intermediate (WTI) bertahan di kisaran USD85,5 per barel pada Kamis (26/10).

Sementara harga minyak berjangka Brent bertahan di sekitar USD90 per barel setelah kedua patokan minyak mentah dunia tersebut melonjak lebih dari 2 persen di sesi sebelumnya

Di tengah kenaikan harga minyak, Indonesia merupakan net importir minyak mentah untuk kebutuhan BBM dalam negeri. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor migas Indonesia mencapai USD3,32 miliar per September 2023.

Angkanya naik 25,04 persen secara bulanan (month-on-month/mom) dibandingkan Agustus 2023 yang nilainya USD2,66 miliar.

Kenaikan ini karena melonjaknya impor minyak mentah hingga 94,40 persen (mom) senilai USD1,28 miliar pada bulan lalu. 

Meski ada peningkatan secara bulanan, namun secara kumulatif selama periode Januari-September 2023 nilai impor migas turun 2,85 persen.

Sebelumnya, pada Januari-September 2022, nilai impor migas Indonesia mencapai USD31,04 miliar. Pada periode sama tahun ini nilainya turun menjadi USD25,76 miliar.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement