Sejak tahun 1970-an Indonesia telah mencatat surplus perdagangan yang konsisten karena pertumbuhan ekspor yang kuat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia dengan anggota G20 surplus dengan 9 negara dan defisit dengan 10 negara pada bulan Oktober 2022.
Neraca dagang RI secara keseluruhan surplus terutama berasal dari sektor non-migas USD7,66 miliar, penyumbang utamanya adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Sepanjang 2021, Indonesia masih merugi USD2,4 miliar dari perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu.
Adapun dengan Arab Saudi, Pemerintah Indonesia sepakat mempererat kerja sama bilateral dengan menandatangani nota kesepahaman di bidang energi di sela KTT G20.
Perang ini diyakini masih akan menghambat perdagangan global di mana rantai pasok (supply chain) komoditas utama terancam terganggu.