IDXChannel - Output pabrik di seluruh Asia pada bulan November 2022 mengalami kemerosotan yang cukup dalam. Hal ini disebabkan oleh melambatnya permintaan global dan kebijakan lockdown atau penguncian Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah China.
Berdasarkan hasil survey yang dilansir melalui Reuters, hasilnya menyoroti prospek ekonomi Asia yang semakin gelap untuk tahun 2023, karena penguncian mengganggu pasokan internasional dan meningkatkan kekhawatiran akan kemerosotan lebih lanjut dalam ekonominya, terbesar kedua di dunia.
Di tengah pembatasan pandemi, aktivitas pabrik China menyusut pada November, sebuah survei swasta menunjukkan pada hari Kamis. Hasilnya menyiratkan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah pada kuartal keempat.
Aktivitas manufaktur juga mengalami kontraksi di ekonomi yang bergantung pada ekspor, termasuk Jepang dan Korea Selatan, dan di negara-negara berkembang, seperti Vietnam, menggarisbawahi kerusakan yang melebar dari permintaan global yang lemah dan biaya input yang sangat tinggi, survei menunjukkan.
"Kondisi pasar yang mendingin, tekanan biaya yang berkelanjutan, dan permintaan dasar yang lemah, baik di dalam negeri maupun internasional, dilaporkan merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap penurunan tersebut," kata ekonom Laura Denman di S&P Global Market Intelligence, yang menyusun survei tentang Jepang.
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur Caixin/S&P Global China berada di 49,4 pada November, naik dari 49,2 pada bulan sebelumnya tetapi masih di bawah angka 50, yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Sekarang sudah di bawah 50 selama empat bulan berturut-turut.
Angka tersebut mengikuti data yang mengecewakan dalam survei resmi pada hari Rabu yang menunjukkan aktivitas manufaktur telah mencapai level terendah tujuh bulan pada bulan November.
PMI Bank au Jibun Jepang juga turun, menjadi 49,0 pada November dari 50,7 Oktober. Itu merupakan kontraksi pertama sejak November 2020.