Mamit juga berharap strategi ini bisa membuat keuangan PLN menjadi lebih sehat.
"Jadi memang salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah refinancing. Baik itu mencari modal dari dalam negeri ataupun luar, tetapi dengan persyaratan yang lebih lunak dan bersahabat," jelasnya.
Memakai laporan keuangan PLN sebagai analisa, Mamit menyebut utang baru ini berbanding lurus dengan aset perseroan yang menurutnya juga terus bertambah.
"Saya yakin, masih cukup besar dan masih cukup kuat secara keuangan. Karena memang BUMN kita sedang melakukan PSO (Public Service Obligation), maka pemerintah saya pikir tidak akan lepas tangan kalau sampe keuangan PLN berdarah-berdarah," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir telah meminta direksi PLN untuk mencari sumber pendanaan baru. Erick menitikberatkan bahwa utang harus memiliki bunga yang murah. Hingga Rabu (7/7), Erick mengatakan telah refinancing sebesar Rp30 Triliun dan akan menargetkan hingga Rp100 Triliun.
Menurut berbagai sumber, refinancing merupakan metode pembayaran atau pelunasan pinjaman dengan mengajukan pinjaman baru yang bunganya lebih rendah. Mirip dengan istilah "gali lubang tutup lubang", tetapi cara ini biasanya wajar dilakukan untuk membantu keuangan perseroan. (NDA)