"Jadi ya begitu, pedagang harus berkorban dikit. Uang yang masuk ke dompet jadi kurang buat beli kedelainya itu," kata Timbul.
Lanjut dia menuturkan, jika ke depan kenaikan harga kedelai mencapai Rp200.000, mau tidak mau akan menaikkan harga tempe ke konsumen. "Kalau sekarang tanggung naiknya" cetusnya.
Hal serupa juga dialami oleh Pedagang tempe, Roha (21). Dia menerangkan, tempe yang dijualnya tidak mengalami perubahan harga. Artinya tetap dijajal Rp5.000 meskipun harga kedelai sedang tinggi. Hal ini dilakukannya supaya pembeli tidak pergi.
"Dari dulu harga Rp5.000, nggak berubah-berubah. Mau kedelai naik seberapa, penjualan tempenya tetap segitu. Justru kalau harga jualnya dinaikin malah jadi nggak laku. Langganan ntar kabur," ungkap Roha kepada MPI.
Kata Roha, tempe yang dijual seharga Rp 5.000 saja masih suka ditawar pembeli. Padahal, dari harga tersebut sudah dihitung biaya plastik, tenaga, dan lain-lain.