Farid menilai, hal itu merupakan indikasi bahwa produk sawit Indonesia cukup memiliki keunggulan untuk digunakan sebagai pemasok utama minyak nabati dunia. Sehingga prediksi peningkatan populasi dan kebutuhan minyak nabati dunia pada tahun 2050 mendatang merupakan peluang emas bagi industri kelapa sawit Indonesia.
Jika menilik perkembangan nilai dan volume ekspor Indonesia terdapat CPO dan Produk Turunannya di Pasar Global, sejak tahun 2018 - 2022 lalu atau tren 5 tahun, nilai ekspor mengalami peningkatan sebesar 20,18%.
Sedangkan jika dihitung secara tahunan, pada tahun 2022 nilai ekspor CPO dan produk turunannya sebesar USD41,32 miliar atau naik 11,01% jika dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar USD37,22 miliar.
Meski begitu, peningkatan nilai ekspor tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan volume ekspor. Sebab peningkatan nilai ekspor tersebut terjadi akibat fluktuasi harga minyak nabati di dunia. Sedangkan volume ekspor 5 tahunan atau periode 2018 - 2022 cenderung stagnan.
"Berdasarkan volume CPO dan produk turunannya tahun 2018-2022 cenderung stabil pada lima tahun terakhir, terkoreksi tipis -0,08%," ujarnya.
(FRI)