“Hal ini karena P3DN telah menjadi isu global. Negara lain seperti Amerika Serikat juga mulai mewajibkan penggunaan produk dalam negerinya,” Andi menegaskan.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Odo RM Manuhutu dalam kesempatan yang sama menjelaskan, beberapa hal yang masih menjadi tantangan dalam menggencarkan program P3DN, misalnya promosi kemampuan industri dalam negeri yang harus lebih agresif.
Selain itu, investasi di bidang research & development (R&D) juga harus didorong bila ingin mencapai target PDB sebesar USD4,5 Triliun pada tahun 2038. Karenanya, agar program P3DN dapat berjalan dengan baik, Odo mengimbau kepada masyarakat untuk mengutamakan pembelian produk dalam negeri. Sedangkan bagi produsen, terutama industri berskala besar, untuk memprioritaskan aktivitas R&D dalam rangka meningkatkan TKDN.
Dalam diskusi tersebut juga hadir Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Teknologi dan Informasi Merek Indonesia (AiTIMI) Danny Harjono. Ia mengungkapkan apresiasi atas keberpihakan pemerintah terhadap produk lokal. Pasalnya, program P3DN dapat meningkatkan penjualan industri laptop merk dalam negeri hingga 90%.
“Ke depan, industri juga mengharapkan pesanan yang konsisten dari pemerintah bagi merek Indonesia. Hal tersebut dapat mendorong tumbuhnya industri hulu,” ujar Danny.
(SLF)