Ia menyinggung langkah efisiensi yang dilakukan pemerintah pada 2025, yang sempat diwarnai “curhat” dari kementerian/lembaga kepada mitra kerja di DPR.
“Curhat masalah ‘cinta segitiga’: program prioritas, tambahan anggaran, dan kebijakan efisiensi. Namun cinta segitiga itu tidak harus berakhir dengan patah hati, karena semua pihak dapat saling memahami kepentingannya dan menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya,” kata Puan.
Puan mengingatkan, pembahasan APBN bukan sekadar urusan teknis, melainkan soal keadilan dan keberpihakan.
“Di balik setiap pos anggaran APBN, tersembunyi harapan jutaan rakyat; apakah anak mereka bisa terus sekolah, rakyat bisa berobat, ada lapangan kerja, dan bagaimana nasib petani, nelayan, serta buruh,” ujarnya.
Ia berharap RAPBN 2026 yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto dapat semakin memudahkan kehidupan rakyat, memperkuat pembangunan daerah, dan menjadi sumber semangat optimisme nasional di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian.
“Indonesia memiliki arah yang jelas, harapan cerah, semangat bergotong royong, dan tekad untuk maju bersama-sama,” ujarnya.
(Febrina Ratna Iskana)