Namun, beban operasi lainnya yang melonjak 218% dan beban keuangan yang naik 22% membuat langkah efisiensi tersebut tidak cukup untuk menjaga pertumbuhan perolehan laba bersih.
Di sisi lain, situasi ekonomi yang masih bergejolak serta penurunan harga jual kertas produk dari perseroan telah memengaruhi total turn over dan profitabilitas. Nilai penjualan perseroan yang sempat meningkat 6% pada kuartal ke III-2022, akhirnya harus turun di akhir tahun, sehingga total nilai penjualan pada 2022 sebesar Rp1,40 triliun, dibandingkan 2021 yang Rp1,46 triliun.
Oleh karena itu, ALDO membukukan laba bersih Rp65,76 miliar pada 2022 atau turun jika dibandingkan Rp100,77 miliar pada 2021. Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp65,30 miliar, dibandingkan Rp75,86 miliar pada tahun sebelumnya.
Sutanto menegaskan, perseroan tetap berkomitmen penuh untuk terus mengembangkan green product melalui green process dalam bisnisnya yang digeluti. Dalam hal ini ALDO menggunakan kertas daur ulang yang diproduksi anak perusahaan PT Eco Paper Indonesia untuk menghasilkan berbagai macam produk kertas cokelat seperti kraft liner, eco board, dan core board.