Harga minyak mentah diperkirakan berada di level USD60 per barel pada 2026 khususnya Brent, atau 12 persen lebih rendah dari harga proyeksi tahun ini sebesar USD68 per barel.
Merosotnya harga minyak mentah, terutama disebabkan oleh kelebihan pasokan dari produsen utama minyak mentah global, OPEC+, dan tumbuhnya produksi minyak AS.
Pada saat yang sama, proyeksi ekonomi global yang terus menurun menurunkan permintaan terhadap konsumsi minyak mentah di pasar global.
Kendati demikian, di sisi lain, proyeksi naiknya harga komoditas pertanian, terutama kelapa sawit dan minyak kelapa, berpotensi menjaga kinerja ekspor Indonesia pada 2026.
Harga kelapa di sepanjang Januari-Oktober 2025 berada di level USD1.013 per ton atau 10 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sementara pada 2026, Bank Dunia memproyeksikan harga kelapa sawit akan mencapai USD1.051 per metrik ton, atau naik 4 persen dibandingkan rata-rata harga 2025.
Kenaikan harga minyak kelapa sawit terutama disebabkan dari sisi suplai, relatif terbatasnya produksi kelapa sawit Indonesia karena stagnasi produksi akibat lambatnya program peremajaan pohon (replanting), dan faktor cuaca yang mempengaruhi rendahnya produksi kelapa sawit di Malaysia.
Namun, rencana penerapan B50 juga menyebabkan pasar berspekulasi.
"Kemungkinan besar, jika B50 jadi diterapkan pada 2026, Indonesia akan sedikit menahan ekspor untuk memenuhi pasokan domestik," ujarnya.
(NIA DEVIYANA)