sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kinerja Manufaktur RI Anjlok, Sri Mulyani: Kita Waspadai dan Investigasi

Economics editor Anggie Ariesta
02/08/2024 14:36 WIB
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati merespons PMI Manufaktur Indonesia yang berada di zona kontraksi 49,3 pada Jui 2024.
Kinerja Manufaktur RI Anjlok, Sri Mulyani: Kita Waspadai dan Investigasi (foto youtube kemenkeu)
Kinerja Manufaktur RI Anjlok, Sri Mulyani: Kita Waspadai dan Investigasi (foto youtube kemenkeu)

IDXChannel - Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia melanjutkan pelemahan pada Juli 2024. Lembaga pemeringkat dunia, Standard & Poor's Global Ratings (S&P Global) merilis data PMI Manufaktur Indonesia di zona kontraksi 49,3 pada Jui 2024 dibanding Juni 50,7 dan 54,2 pada Maret 2024.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meski PMI terkoreksi, pemerintah akan menganalisis kondisi di masing-masing industri. Terutama sektor manufaktur yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen.

"Kami gunakan instrumen fiskal industri. Jadi sangat penting untuk menjaga daya tahan eksternal kita," kata Sri Mulyani usai konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8).

"Jadi, meski PMI korektif di bawah 50, kita waspadai, kita lihat datanya. Kita rumuskan kebijakannya supaya masa kontraksi tidak lama dan bisa kembali. Kita tentu berharap global membaik dan terus kita usaha, sehingga PDB kita sampai akhir tahun terjaga momentumnya," lanjutnya.

Sri Mulyani menambahkan, Kementerian Keuangan akan memeriksa penyebab masalah bisnis manufaktur dalam negeri. 

“Kita akan melakukan investigasi sisi demand side untuk domestik,” ujarnya.

Menurutnya, penyebab lesunya manufaktur disebabkan sisi permintaan atau demand mengalami moderasi.

Jika penyebabnya adalah permintaan dalam negeri, sambung Sri Mulyani, terutama PMI manufaktur domestik, akan ditelaah apakah penurunan permintaan ini musiman atau ada kompetisi dengan barang-barang impor.

Dari sisi penjualan luar negeri, Sri Mulyani mengatakan, penyebabnya adalah kondisi ekonomi global yang memang tengah menurun.

“Ekspor (menurun), terutama untuk negara-negara yang memang ekonominya mulai menunjukkan kecenderungan melemah, seperti dari Amerika, China,” ujar Sri Mulyani.

Sekedar informasi, kontraksi pada PMI Manfaktur RI kali ini merupakan yang pertama kalinya sejak Agustus 2021, atau setelah 34 bulan berturut-turut mengalami ekspansi.

Economics Director S&P Global Market Intelligence, Paul Smith, mengatakan, terkontraksinya PMI Manufaktur Indonesia karena adanya penurunan permintaan. 

"Pasar secara umum melambat mendorong penurunan marginal pada kondisi pengoperasian selama bulan Juli, dengan permintaan baru berkurang, dan produksi turun untuk pertama kali dalam dua tahun," ujar Paul dalam keterangan resmi S&P Global, Kamis (1/8).

Selain itu, kinerja ekspor melambat meski dalam tingkatan yang lebih rendah. Penundaan dan keterlambatan pengiriman juga turut membebani kinerja ekspor.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement