Adapun persyaratan pasar lainnya yakni mengenai sustainability, dalam hal ini bagaimana menangkap ikan yang baik dengan alat tangkap yang ramah lingkungan. Untuk memenuhi persyaratan ini, KKP secara intensif memberikan sosialisasi kepada para nelayan. Sehingga tidak sembarangan orang bisa menangkap ikan.
"Dengan penangkapan ikan yang terukur, ikan akan bagus, keamanan pangan terjaga, sustainability juga akan terpenuhi oleh kita. Oleh karena itu dengan penangkapan ikan terukur kita bisa meningkatkan ekspor kita," jelas Machmud.
Kemudian terkait kesiapan para pembudidaya Indonesia, dia bilang sudah cukup banyak dan terlatih. Hal itu tercermin dari salah satu jenis ikan yang di ekspor, yakni udang yang menyumbang sebanyak 40% dari total ekspor.
Saat ini lanjut Machmud, untuk budidaya ikan sendiri, KKP telah memiliki dua program. Pertama adalah bagaimana membuat modelling atau bagaimana cara membudidaya yang baik dan yang kedua, merevitalisasi tambak-tambak yang saat ini masih tradisional sehingga produktivitasnya bisa meningkat.
"Karena sekarang ini produktivitasnya hanya sekitar 200 kg per hektar. Nanti ke depan mudah-mudahan itu bisa meningkat. Saat ini tradisional bisa 1 ton per hektar. Makannya akan kita terus upayakan menggunakan revitalisasi," tandas Machmud. (RRD)