"Kita harapkan Iran tidak turun secara langsung dalam konflik yang saat ini berkecamuk, karena itu diprediksi akan menyebabkan kenaikan harga minyak bisa sampai USD15-20 per barel dari harga minyak saat ini," sambungnya.
Disatu sisi, Daymas menilai ketika aktivitas mulai pulih setelah adanya pandemi Covid-19, kebutuhan minyak sebagai sumber energi semakin meningkat. Peningkatan dari sisi permintaan itu juga bakal menjadi sentimen naiknya harga minyak dunia.
"Kita tahu saat ini jalur distribusi laut merah yang memang shortcut, tetapi dibatasi oleh kelompok Houthi (Yaman), sehingga pengantaran minyak harus memutar sampai ke Afrika, ini yang membuat pasokan menjadi terbatas, selain minyak disini juga banyak komoditas lain yang terdampak," kata Dayman.
"Selain itu kita melihat beberapa hal, Rusia masih ada sanksi, konflik Timur Tengah terkait jalur distribusi yang terganggu, lalu disrupsi supply akibat memanasnya konflik, ini menjadi sentimen tersendiri untuk market," pungkasnya.
(YNA)