sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Konsumsi Pemerintah Turun, Ekonomi Sumut Terkontraksi 0,59 Persen di Triwulan I-2024

Economics editor Wahyudi Aulia Siregar
07/05/2024 07:04 WIB
Ekonomi Sumut tercatat mengalami kontraksi di triwulan I-2024. Salah satu penyebabnya konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang menurun.
Konsumsi Pemerintah Turun, Ekonomi Sumut Terkontraksi 0,59 Persen di Triwulan I-2024. (Foto: Wahyudi/MNC Media)
Konsumsi Pemerintah Turun, Ekonomi Sumut Terkontraksi 0,59 Persen di Triwulan I-2024. (Foto: Wahyudi/MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tercatat mengalami kontraksi di triwulan I-2024. Salah satu penyebabnya konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang menurun cukup signifikan.

Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Utara, Nurul Hasanudin, mengatakan secara triwulanan (q-t-q)  ekonomi Sumut tercatat minus 0,59 persen di triwulan I-2024.

"Pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan I-2024 tercatat minus 0,59 persen (q-to-q) sedangkan secara y-o-y tumbuh 4,88 persen. Secara y-o-y PDRB Sumut naik dari 145,71 triliun di triwulan I-2023 menjadi 152,82 triliun di triwulan I-2024," kata Hasanudin, Senin (6/5/2024).

Angka itu terbentuk dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatra Utara di triwulan I-2024 baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010.

(ADHB) Sumut meningkat dari 271,39 triliun di triwulan I-2023 menjadi 273,49 triliun di triwulan I-2024. Sedangkan ADHK tahun 2010, PDRB Sumatera Utara turun dari 153,72 triliun di triwulan IV-2023 menjadi 152,82 triliun di triwulan I-2024.

Hasanudin memaparkan, tren ekonomi Sumut yang mengalami Kontraksi sedalam 0,59 persen ini, termasuk yang terdalam di triwulan I dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Di triwulan I-2021, ekonomi Sumut juga mengalami kontraksi 0,22 persen, lalu di triwulan I-2022 kontraksi 0,08 persen dan di triwulan I-2023 kontraksi sebesar 0,45 persen.

"Namun secara tahunan (yoy), Ekonomi Sumut trennya positif. Ini menjadi satu indikator pemulihan ekonomi kita. Kita melihat di trilwulan I-2024, ini yang paling tinggi, 4,88 persen. Padahal di 2021 lalu kita sempat mengalami kontraksi sebesar 1,85 persen," sebut Nurul. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement