sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Konsumsi Rumah Tangga Diperkirakan Belum Pulih di 2026, Ini Penyebabnya

Economics editor Nia Deviyana
27/11/2025 18:14 WIB
Secara bersamaan, penciptaan lapangan kerja formal di sektor manufaktur pada 2026 diperkirakan semakin sulit akibat gempuran impor ilegal.
Konsumsi Rumah Tangga Diperkirakan Belum Pulih di 2026, Ini Penyebabnya. Foto: iNews Media Group.
Konsumsi Rumah Tangga Diperkirakan Belum Pulih di 2026, Ini Penyebabnya. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Konsumsi rumah tangga diperkirakan belum tumbuh signifikan pada 2026. Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berpotensi terhalang sempitnya ruang kenaikan upah riil pekerja di semua sektor, termasuk di sektor manufaktur.

Secara bersamaan, penciptaan lapangan kerja formal di sektor manufaktur pada 2026 diperkirakan semakin sulit akibat gempuran impor ilegal dan impor produk manufaktur murah.

"Dalam keadaan tersebut, konsumsi rumah tangga akan semakin tertekan," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal, dalam Brief Report CORE Economic Outlook, Kamis (27/11/2025).

Cakupan stimulus pada 2026 juga diperkirakan tidak selebar 2025, membuat bantalan konsumsi rumah tangga terbatas. Sejauh ini beberapa program stimulus memang akan dilanjutkan pada 2026.

Misalnya, kelanjutan stimulus 4 program seperti PPh Final 0,5 persen untuk UMKM, PPh 21 DTP untuk industri padat karya, perpanjangan PPh 21 DTP untuk sektor pariwisata, dan diskon iuran JKK dan JKM bagi pekerja bukan penerima upah.

Stimulus 5 program penyerapan tenaga kerja juga akan dilanjutkan pada 2026. Termasuk, rencana pemberian insentif untuk industri otomotif.

"Namun demikian, stimulus yang berlaku tahun ini, seperti diskon transportasi dan diskon tarif listrik sejauh ini belum ada informasi akan dilanjutkan pada 2026. Padahal, diskon tarif listrik sangat membantu konsumsi kelas menengah," ujar Faisal.

Selain bantalan stimulus yang relatif kecil pada 2026, pertumbuhan upah riil juga belum menunjukkan sinyal pemulihan. Data terbaru tahun ini menunjukkan pertumbuhan upah riil masih terkontraksi 0,4 persen secara tahunan.

Tiga dari lima sektor utama penyerap tenaga kerja domestik merosot cukup signifikan, yaitu upah riil industri manufaktur (-1,5 persen), perdagangan besar dan eceran (-2,5 persen), dan konstruksi (-4 persen).

Sementara upah riil di sektor pertanian meningkat 3,1 persen dan Penyedia Akomodasi naik 2,1 persen. Kelima sektor ini menyerap kurang lebih 75 persen dari total tenaga kerja Indonesia pada 2025.

Merosotnya upah juga diiringi sejumlah PHK yang cukup masif di industri tekstil, garmen, dan sepatu. Sepanjang 2024 hingga Oktober 2025, terdapat 99.666 tenaga kerja di-PHK.

Indikator utama konsumsi rumah tangga mengindikasikan minimnya potensi akselerasi. Pertumbuhan kredit konsumsi terus melemah sejak Februari hingga Oktober 2025. Pada Februari, pertumbuhan kredit konsumsi masih mencapai 10,2 persen kemudian terpangkas menjadi 6,9 persen pada Oktober 2025. Pertumbuhan DPK di bawah Rp100 juta terus merosot dari 4,8 persen pada Januari 2025 menjadi hanya 2,4 persen pada Agustus 2025.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement