IDXChannel - Pandemi covid-19 yang melanda banyak negara membuat stok kontainer menjadi mahal dan langka. Akibatnya pengusaha keramik kesulitan melakukan ekspor produknya.
Ketua Umum ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia), Edy Suyanto mengatakan jangkauan ketersediaan kontainer yang berakibat mahalnya harga kontainer ekspor ini mulai terasa semenjak kuartal IV 2020.


“Kelangkaan dan naiknya harga kontainer ini meningkatnya sampai signifikan,” ujar Edy di Jakara, Rabu (14/7/2021).


Edy menuturkan kelangkaan dan naiknnya harga kontainer ini terjadi pula untuk semua tujuan negara ekpor, baik itu negara-negara di Asia Tenggara, Eropa, Amerika, maupun Timur Tengah. Terkait hal ini pihak ASAKI telah melaporkan kepada Kementerian Perindustrian.


Edy menyebut, faktor penyebab utama kelangkaan ini adalah tidak adanya keseimbangan aktivitas ekpor-impor di dunia yang didorong oleh pandemi Covid-19 sehingga menyebabkan resesi perekonomian dunia global. Sehingga jangkauan pengangkutan kapal kontainer juga berkurang cukup banyak.


“Namun yang disyukuri, meskipun industri keramik terganggu oleh hal itu, secara keseluruhan di tahun 2020, industri keramik masih bisa tumbuh 22 persen,” ucapnya.


Sebab, jika dilihat dari tren pada Januari 2020 sampai sebelum kuartal IV, industri keramik sudah tumbuh diatas 40 persen. Hal itu lantaran mendapat dukungan stimulus harga gas yang membuat industri ini menjadi agresif untuk merebut pasar yang dimana sebelumnya kalah saing.


Terkaitnya mahalnya biaya kontainer, Edy memaparkan sebelum kuartal IV produsen keramik melakukan ekspor ke Malaysia, dimana harga satu kontainer ocean track dibawah US$100, begitupun juga dengan negara Thailand. Sementara ke Filipina harga satu kontainer ocean track USD150. Namun per hari ini rata-rata harga satu kontainer ocean track sudah mencapai diatas USD 300 – 400.


Lebih lanjut, walaupun harga kontainer meningkat, namun secara kuantitas industri keramik masih mendapatkan kontainer untuk mengantar.


“Dari hal itu, pihak industri keramik masih dapat mensiasatinya, dimana harga yang demikian masih bisa kami lakukan untuk mengekspor. Sehingga dari Januari hingga Mei 2021 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri keramik Indonesia masih mampu bertumbuh 10 persen namun dengan catatan hanya ke negara tujuan Asia Tenggara,” tandasnya. (RAMA)