Beberapa indikator ekonomi utama seperti industrial output, retail sales, dan fixed asset investment yang dirilis biro statistik China pada 15 November lalu menunjukkan perlambatan pertumbuhan.
Tak hanya karena adanya kebijakan zero Covid-19, perekonomian dalam negeri mengalami tekanan dari beberapa faktor, termasuk pasar properti yang melemah, ekonomi global yang lesu, dan tingkat inflasi yang meningkat di pasar luar negeri.
"Pukulan terbesar ekonomi China datang dari kebijakan nol-Covid. Saya tidak melihat protes akan pengubah permainan. Sementara dunia masih bergantung pada China untuk mendapatkan barang-barang terbaik dan termurah,” kata Carl Weinberg, kepala ekonom di perusahaan riset High Frequency Economics, dikutip The New York Times, (30/11).
China sempat menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada triwulan ke-3 tahun ini.
Ekonomi China naik 3,9% yoy di Q3 tahun 2022. Angka ini melebihi konsensus pasar sebesar 3,4% dan meningkat 0,4% dari pertumbuhan di Q2.