IDXChannel - Sejumlah negara di dunia saat ini tengah menghadapi krisis energi. Namun Indonesia tidak perlu khawatir dengan kondisi yang sedang terjadi di sejumlah negara.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan Indonesia punya banyak keunggulan untuk merancang transisi energi menuju dekarbonisasi tahun 2060 atau lebih awal secara lebih baik.
"Kita harus menemukan peta jalan transisi energi yang paling optimal, karena ada juga yang bilang Indonesia jangan mengikuti negara-negara barat melakukan transisi energi. Menurut saya itu tidak benar karena transisi energi harus mengikuti prinsip-prinsip yang mendasar," ujarnya dalam webinar yang bertajuk Energy Crisis in UK and Europe, Senin (11/10/2021).
Menurut dia, keamanan pasokan harus bisa dijamin dan harga energi yang terjangkau juga penting untuk mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan yang ada di Indonesia.
"Dalam kebijakan energi kita, baik dalam KEN maupun RUEN juga sudah ada. Paling penting sekarang bagaimana menerjemahkan prinsip-prinsip itu di dalam perencanaan transisi energi Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, indeks ketahanan energi Indonesia saat ini berkisar 6,57 atau masuk kategori tahan. Indeks ketahanan energi diukur dari aspek keterjangkauan harga, ketersediaan energi, kemampuan akses, dan ramah lingkungan.
"Indeks ketahanan energi kita dari 4 variabel itu ada diangka 6,57 dikategori tahan dari tingkat tertinggi sangat tahan diangka 8," ujarnya.
Menurut Djoko, cadangan minyak nasional saat ini mampu memenuhi kebutuhan domestik selama 20-25 hari. Sementara gas dan batu bara diekspor karena kebutuhan domestik yang telah terpenuhi. Meski begitu, Indonesia tetap harus mengantisipasi impor energi fosil, yakni minyak bumi yang akan berdampak pada subsidi. (TYO)