Sementara untuk nilai tukar rupiah di kuartal ketiga pada Juli hingga September juga menunjukkan suatu perkembangan yang sangat menggembirakan didukung oleh konsistensi kebijakan moneter BI, bauran kebijakan moneter juga tadi terjadinya aliran masuk modal kembali ke dalam negeri.
"Nilai tukar rupiah kita pada akhir September 2024 yaitu akhir kuartal III mengalami penguatan hingga mencapai Rp15.140 per USD. Ini artinya rupiah pada akhir September 2024 mengalami apresiasi atau penguatan 2,08 persen month to month dari bulan sebelumnya. dibandingkan posisi akhir Agustus," tutur Sri Mulyani.
Jika dibandingkan apresiasi atau penguatan rupiah ini, yaitu 2,08 persen secara bulanan, angkanya lebih kuat atau lebih tinggi dibandingkan apresiasi dari beberapa mata uang regional seperti Korean Won yang juga apresiasi di tingkat 2,02 persen, Peso Filipina juga mengalami apresiasi 0,17 persen, dan India Rupee yang mengalami perkuatan 0,1 persen.
"Kinerja dari rupiah yang baik tersebut tentu saja ditopang oleh komitmen Bank Indonesia untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil dari aset-aset keuangan Indonesia yang menarik termasuk SBN kita, dan ini meningkatkan fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat dengan growth yang positif, relatif tinggi, inflasi rendah sehingga menyebabkan confidence dan aliran modal masuk asing ke dalam negeri yang terjadi dan berlanjut," kata dia.
(Febrina Ratna)