Khusus untuk komoditi minyak goreng berpotensi menjadi penyumbang inflasi karena hanya yang masih tinggi. Namun ia bersyukur saat ini stok minyak goreng baik kemasan maupun curah mulai tersedia di pasaran.
"Sesungguhnya, kenaikan menjelang Ramadhan itu tidak fluktuatif itu bersyukur. Termasuk di dalamnya minyak goreng. Sementara ini yang tertinggi kenaikannya yang membawa daya ungkit inflasi itu adalah minyak goreng," ucap dia.
"Tapi ketersediaannya masih dan sudah ada, curah juga sudah ada, harganya standar, di distributor Rp14.000, di pasar Rp15.000, masih wajar. Untuk kemasan juga demikian," tambahnya.
Ia menyebut, kenaikan harga terjadi karena tingginya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah dan adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan terjadi di hampir semua bahan pangan yang dijumpainya di pasar tradisional.
"Kenaikan itu bukan hanya karena permintaan yang tinggi menjelang Lebaran, tapi juga faktor dari kenaikan BBM. Biasanya kalau tidak ada kenaikan BBM, itu ada sembako itu naik. Tapi tidak sesignifikan ini, ini semuanya. Maka saya ketir-ketir dengan BI (Bank Indonesia), bagaimana cara pengendalian kita," terangnya.