IDXChannel - Praktisi Minyak dan Gas Bumi (Migas) Hadi Ismoyo mengaku prihatin terhadap kondisi tren lifting minyak dan gas RI yang terus mengalami penurunan.
Ia pun menilai penurunan produksi ini terjadi karena lapangan-lapangan migas di Indonesia saat ini memang sudah cukup tua.
"Lapangan-lapangan kita memang sudah mature, 60 sampai 70 persen lapangan migas sudah amat mature. Benar yang dikatakan Pak Menteri, bahwa 90% water cut dan banyak produksinya menurun," jelasnya, Selasa (7/11/2023).
Dikatakan Hadi, pemerintah masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi. Salah satunya dengan melakukan eksplorasi, menerapkan teknologi Enchanced Oil Recovery (EOR), hingga Existing Production with Low Decline Management.
Namun, menurutnya, pemerintah belum mempersiapkan roadmap yang baik terkait eksplorasi dan EOR tersebut.
Katanya, selama ini penerapan EOR sangat lambat perkembangannya. Padahal, dengan teknologi ini bisa memberikan kontribusi tambangan produksi minyak sekitar 200 hingga 300 ribu barel oil per day (BOPD) untuk lima tahun ke depan.
"Sedangkan eksplorasi kalau kita bisa menemukan lapangan yang baru, menghasilkan POD, bisa menambah signifikan. keliatannya eksplorasi belum mendapat perhatian serius dari pemerintah," tutupnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah mengakui bahwa produksi minyak bumi di dalam negeri terus mengalami penurunan karena sumur minyak di Indonesia saat ini sudah tua.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan, menurunnya produksi minyak dalam negeri diakibatkan oleh sumur tua yang memang mengalami penurunan produksi lantaran semakin tua sumur maka rasio air lebih besar dibandingkan minyak ketika diproduksi.
"Kan minyak itu semakin lama dipompa kan akan semakin dalam, kemudian campurannya juga sama air makin banyak. Jadi yang dipompa dulunya hasil minyak 10 liter, 9 liternya minyak, kalau sekarang sudah sekian puluh tahun sudah setengah liter minyak setengah liter air," jelas Menteri Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/11/2023) lalu.
Oleh karena itu, dirinya mengungkapkan, langkah yang bisa dilakukan untuk mempertahankan produksi minyak harian dalam negeri dengan memaksimalkan sumur tua yaitu memperdalam pengeboran.
“Itu makanya pas dipompa di ujung banyak banget (minyak) supaya volume minyaknya bisa semaksimal mungkin,” terangnya.
Sementara itu, untuk menambah jumlah minyak guna mengejar target produksi, Arifin mengatakan pihaknya akan menambahkan produksi dari sumur minyak non konvensional (MNK) salah satunya di Gulamo.
“Tapi untuk penambahan itu harus ada menambahkan yang baru, itu skrg di Gulamo, itu yang nonkonvensional atau MNK. Sejauh ini indikasinya sih ada harapan di Gulamo, karena sudah selesai dibor,” pungkas Arifin.
Mengutip data Kementerian Keuangan hingga September 2023, produksi minyak sebesar 608,6 ribu barel per hari (bph). Namun, per 31 Oktober 2023 lalu, Kementerian ESDM mencatat bahwa produksi minyak turun menjadi 582,69 ribu bph. (NIA)