IDXChannel - Miliarder India Gautam Adani masih berusaha meyakinkan investor setelah membuat kejutan dengan membatalkan penjualan sahamnya.
Rabu lalu (1/2/2023), Adani Enterprises mengatakan akan mengembalikan USD2,5 miliar yang diperoleh dari penjualan sahamnya kepada investor.
Keputusan itu tidak akan memengaruhi operasi kami yang ada dan rencana masa depan," kata Adani dilansir BBC, Kamis (3/1/2023).
Gara-gara insiden tersebut, perusahaan investasi AS membuat klaim penipuan terhadap perusahaan Grup Adani. Dan meskipun taipan yang pernah masuk tiga besar orang terkaya di dunia itu membatah tudingan tersebut, perusahaannya tak mampu menghentikan hilangnya USD108 miliar dari nilai pasar mereka hanya dalam hitungan hari.
Adani sendiri telah kehilangan USD48 miliar dari kekayaan pribadinya, dan sekarang berada di urutan ke-16 dalam daftar miliarder real-time Forbes.
Bagaimana ini terjadi?
Kurang dari dua minggu lalu, Adani adalah orang terkaya ketiga di dunia.
Saham Adani Enterprises, perusahaan unggulan dari konglomerat port-to-energy miliknya, akan mulai dijual pada 25 Januari dalam penawaran saham sekunder terbesar di India.
Tapi sehari sebelum itu, firma investasi Hindenburg Research yang berbasis di AS menerbitkan laporan yang menuduh kelompok Adani melakukan manipulasi saham dan penipuan akuntansi selama puluhan tahun.
Hindenburg juga bertaruh harga saham perusahaan akan jatuh.
Grup Adani menanggapi hal tersebut sebagai "kombinasi jahat dari kesalahan informasi selektif dan tuduhan basi, tidak berdasar, dan mendiskreditkan".
Namun, itu tidak cukup membendung ketakutan investor.
Adani Group mengeluarkan sanggahannya mencapai lebih dari 400 halaman dan menyebut laporan Hindenburg sebagai "serangan yang diperhitungkan terhadap India".
Kepada bursa India, Adani memberikan pernyataan neraca perusahaan sangat sehat dengan arus kas yang kuat, serta aset yang aman.
"Dan kami memiliki rekam jejak yang sempurna dalam membayar utang kami," tulis pernyataan tersebut.
Tidak melulu dihadapkan dengan para investor yang waspada, masih terdapat investor-investor dari institusi asing dan dana perusahaan yang tetap mendukung grup tersebut.
Pada 30 Januari, Perusahaan Induk Internasional Abu Dhabi, didukung oleh anggota keluarga kerajaan Unit Emirat Arab (UEA), menginvestasikan USD400 juta
Bloomberg melaporkan, Sajjan Jindal dan Sunil Mittal, juga berlangganan penjualan saham dalam kapasitas mereka sendiri. Vinayak Chatterjee, pendiri dan pengelola wali Yayasan Infravision, tak kalah optimis dan menyebut situasi saat ini sebagai "kegagalan jangka pendek".
“Saya telah mengamati kelompok ini selama seperempat abad sebagai ahli infrastruktur. Saya melihat berbagai proyek operasi dari pelabuhan, bandara, semen hingga energi terbarukan yang solid, stabil, dan menghasilkan arus kas yang sehat. Mereka benar-benar aman dari pasang surut. tentang apa yang terjadi di pasar saham," ujarnya.
Grup Adani memiliki tujuh perusahaan publik yang beroperasi di berbagai sektor, termasuk perdagangan komoditas, bandara, utilitas, pelabuhan, dan energi terbarukan.
Banyak bank India dan perusahaan asuransi milik negara berinvestasi atau meminjamkan miliaran dolar kepada perusahaan di grup tersebut. (NIA)
Penulis: Anabela C Zahwa