"Tentu saja barang tidak akan bisa bergerak jika tidak ada manusia yang menggerakkan, yang terjadi kemudian, muncul krisis ekonomi atau resesi karena tidak ada transaksi ekonomi, pergerakan ekonomi hanya lokal, di toko-toko setempat, online dan lain-lain atau ekonomi dalam jarak pendek," sambung Bayu.
Bayu menambahkan pertumbuhan e-commerce pada saat terjadinya pandemi memang mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Namun menimbulkan masalah baru yaitu dari sisi pendidikan.
"Pertumbuhan e-commerce UMKM di Indonesia setelah kejatuhan akibat covid 19, hanya tumbuh 15-18 persen saja, selain itu khusus masalah pendidikan nasional yang terdampak covid, setuju diadakan diskusi khusus masalah tersebut, apalagi terkait bonus demografi yang terancam mubazir," tutup dia. (TYO)