Dalam kepemilikan saham, Wika menguasai 38 persen saham, PTPN VIII dan KAI menguasai masing-masing 25 persen saham dan Jasa Marga menguasai 12 persen saham. Konsorsium BUMN Indonesia nantinya akan memegang 60 persen saham dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Sementara sisanya 40 persen saham dikuasai oleh China Railway International Co. Ltd.
Tercatat cost overrun atau pembengkakan biaya KCJB mencapai USD3,8 miliar- USD4,9 miliar atau setara Rp 54 triliun- Rp 69 triliun. Perubahan angka terjadi setelah adanya perubahan biaya, harga, hingga penundaan proyek karena perkara pembebasan lahan.
Karena itu, perkiraan konsorsium Indonesia bahwa anggaran KCJB berada di dalam skenario low and high. Low mencapai USD9,9 miliar dan high USD11 miliar. Artinya, cost overrun yang terjadi dengan skenario tersebut adalah sekitar USD3,8-4,9 miliar.
Terkait pinjaman, pemerintah berencana melakukan pinjaman dana dari China Development Bank (CDB) guna mendukung operasional KCJB. Namun, belum diketahui berapa nominal yang dibutuhkan pemerintah. Saat ini, alternatif pendanaan bisa berasal dari penyertaan modal negara (PMN).
"Operasional awal (KCJB), cash flow-nya negatif yang akan terjadi di awal-awal operasi ini. Kita sedang skemakan dengan pembiayaan dari bank, dalam hal ini China Development Bank," ujar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR, pada Juni 2021, dikutip Senin (11/10/2021).