Terkait portofolio valuta asing, Bank Mandiri menyebut volatilitas pasar spot dolar rupiah yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor global terutama terhadap suku bunga Amerika Serikat yang masih akan terus meningkat beberapa waktu ke depan dan juga mempertimbangkan krisis geopolitik di Timur Tengah akhir-akhir ini.
"Namun demikian kami melihat bahwa dampak ekonomi domestik akan relatif terbatas karena fundamental perekonomian Indonesia yang baik dan kita juga berada di penghujung akhir tahun 2023 tinggal kira-kira 2 bulan lagi," ungkap Darmawan.
Sedangkan di sisi banking sector, pelemahan rupiah memang berpotensi meningkatkan risiko kredit pada debitur dengan pinjaman dalam valuta asing. "Karena secara ekuivalen rupiah nilai kewajiban debitur menjadi semakin besar tetapi kami sudah memperhitungkan bahwa cash flow-nya pun dalam valas," katanya.
Sebagai langkah antisipatif Bank Mandiri memiliki early warning system untuk mendeteksi potensi penurunan kinerja debitur. Selain itu, pihaknya mendorong pertumbuhan kredit rupiah.
“Oleh karenanya pertumbuhan kredit rupiah secara bank only lebih tinggi dibandingkan kredit valas yang mencapai 13,1% secara yoy," kata Darmawan.
(FRI)