Rupiah Tertekan hingga Utang Jumbo
Posisi utang pemerintah mengalami kenaikan di level Rp8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024.
Jumlah ini naik Rp66,13 triliun dari posisi akhir Januari sebesar Rp8.253,09 triliun dalam kurun waktu satu bulan.
Informasi saja, utang pemerintah saat ini setara dengan 39,06 persen produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa.
Melansir Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam buku APBN Kita edisi Maret 2024, rasio utang pada Februari masih di bawah batas aman rasio utang sesuai dengan Undang-Undang (UU) NO. 17/2023 yang sebesar 60 persen.
Sementara kinerja rupiah tertekan dalam beberapa pekan terakhir. Per Jumat (5/4), rupiah menguat 0,25 persen di level Rp15.849 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah dalam sepekan hampir tembus Rp16.000 per USD.
Rupiah sempat tembus di level Rp15.959 per USD pada 2 April 2024.
Kenaikan indeks dolar juga masih terjadi di atas 104,3 pada Jumat (5/4), memulihkan beberapa kerugian dari awal minggu ini karena pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang meragukan waktu potensi penurunan suku bunga. Di lain pihak, investor menunggu laporan utama data ketenagakerjaan AS.
Pada Kamis, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa jika inflasi tetap stabil, penurunan suku bunga mungkin tidak diperlukan tahun ini.
Ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan pada Rabu (3/2) bahwa bank sentral memerlukan lebih banyak bukti bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2 persen sebelum memangkas suku bunga.
Namun, pasar terus bertaruh bahwa The Fed akan mulai melakukan pelonggaran kebijakan pada tahun ini.
Investor kini menantikan data ketenagakerjaan pada hari Jumat, serta data inflasi yang akan dirilis minggu depan yang dapat mempengaruhi keputusan bank sentral pada Mei dan Juni. (ADF)