Dirinya melihat di Tanah Abang, juga banyak pedagang yang berguguran, yang besar jadi kecil, yang kecil menghilang, bahkan dilantai-lantai emas, yang sebelum pandemi ramai dikunjungi, seperti lantai LG, G, dan ground, saat ini wilayah tersebut itu banyak juga yang kosong.
Adanya pelonggaran PPKM memang menjadi pemasukan omsetnya kembali, namun hal itu pun belum cukup untuk melunaskan kerugiannya yang sempat mengharuskan toknya tutup kurang lebih satu bulan ketika PPKM Darurat. Irzan mengaku keuntungan yang didapat saat ini hanya cukup untuk menutupi kebutuhan pokoknya saja.
"Saya sudah mulai buka sejak 26 Juli setelah tutup hampir sebulan, saya bisa membayar BPJS, membayar listrik, uang dapur tetapi bayar cicilan kios tidak ketutup, jadi hanya untuk bertahan hidup saja," sambung Irzan.
Untuk itu pengurangan karyawan menjadi pilihan yang berat agar bisnisnya bisa meminimalisir pengeluaran disamping tidak adanya pemasukan dari sisi penjualan. Hal itu pun masih dirasa kurang bagi Irzan untuk menekan pengeluarannya, untuk itu pinjaman modal juga menjadi opsi pilihan.
"Ini yang saya rasakan bangat, omset saya turun 80% sejak awal pandemi, dulu saya punya Karyawan, saat Corona tidak, karena itu bagian usaha untuk Survive, makanya saya meminimalisir pengeluaran, melakukan pinjaman, kemudian akhirnya korban karyawan toko, dan sekarang tinggal saya sendiri yang menjaga," lanjut Irzan.