IDXChannel - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies CELIOS, Bhima Yudhistira, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-III kembali mengalami pelemahan yang berkisar minus 1% sampai dengan positif 2%.
“Pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-III diperkirakan kembali mengalami pelemahan dikisaran minus 1% sd positif 2% secara tahunan,” kata Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (18/8/2021).
Tak hanya itu, Bhima menyampaikan risiko di kuartal III peluang pertumbuhan ekonomi untuk masuk resesi kembali masih terbuka yang disebabkannya perpanjangan masa PPKM.
“Pelemahan tersebut disebabkan oleh menurunnya aktivitas konsumsi rumah tangga karena pembatasan sosial (PPKM). Sejak bulan Juli masyarakat mulai mengurangi belanja terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun tajam dari 107 menjadi level 80,” paparnya.
Dirinya menyampaikan jika IKK berada dibawah 100 artinya konsumen kembali pesimis terhadap prospek ekonomi ke depan, khususnya dari sisi kesempatan kerja.
“Akibat rendahnya sisi permintaan, penyaluran kredit perbankan juga mengalami tekanan setelah Juni tumbuh positif. PPKM juga berdampak terhadap pemulihan sektor ritel, yang meski dibuka 25% tapi efeknya belum signifikan terhadap pendapatan pengusaha di pusat perbelanjaan,” katanya.
Syarat seperti menunjukkan tanda vaksin ketika masuk mal disaat tingkat vaksinasi baru kisaran 20% penduduk yang divaksin dosis pertama akibatnya membuat jumlah pengunjung mal sangat terbatas.
“Dari sisi ekspor sebelumnya sempat tumbuh tinggi di kuartal ke-II, tapi diperkirakan kembali rendah pada kuartal ke-III. Lonjakan varian delta yang memicu lockdown atau partial lockdown dibeberapa negara mitra dagang utama akan menurunkan permintaan bahan baku dari Indonesia,” tambahnya.
Bhima mencatat jumlah penjualan ritel China bulan Juli hanya naik 8,5% lebih rendah dari bulan Juni yakni tumbuh 12,1%. Output industri di China juga tergerus menjadi naik 6,4% dibanding Juni 8,3%.
“Data-data ini perlu diperhatikan sebagai sinyal pasar ekspor ke China mungkin akan mengalami penurunan sepanjang kuartal ke-III. China menyumbang sebesar 22% dari total ekspor, sehingga neraca dagang secara keseluruhan mungkin terpengaruh,” tandasnya. (TYO)