Contoh Depresiasi dan Rumus Perhitungannya
Sebagainya contoh, dalam kehidupan Anda sehari-hari, Anda sering mengalami depresiasi. Misalnya, saat Anda membeli sebuah mesin cuci dengan merek X pada tahun 2021 seharga Rp2.700.000. Anda merawatnya dengan baik dan mesin cuci tersebut masih berfungsi dengan baik hingga tahun 2022.
Namun, bagaimanapun kondisinya, harga mesin cuci tersebut ketika dijual kembali di tahun 2022 tetap tidak akan sama seperti sebelumnya. Ketika Anda menjualnya, ada penyusutan harga yang akan terjadi karena masa pemakaian. Nilainya tidak akan sama sebesar Rp2.700.000 seperti saat pertama kali membeli. Tentu harga saat ini dari mesin cuci tersebut telah berkurang.
Contoh lainnya, harga smartphone Samsung Galaxy Note 9 yang baru dan original mencapai Rp10.499.000. Namun, untuk harga smartphone ini yang bekasnya atau second-nya hanya berkisar Rp4-5 jutaan di salah satu ecommerce. Hal ini menunjukkan bahwa smartphone tersebut mengalami depresiasi atau penurunan nilai karena masa pakai.
Rumus Perhitungan Depresiasi
Untuk menentukan nilai depresiasi suatu barang, ada beberapa metode dan rumus yang bisa digunakan.
1. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus atau straight-line method merupakan jenis perhitungan yang menggunakan nilai residu. Rumus perhitungan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut.
Depresiasi = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Umur Ekonomis.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan membeli komputer dengan harga Rp4.500.000 yang diperkirakan akan dipakai selama 5 tahun. Di tahun kelima, komputer tersebut dijual dengan perkiraan harga Rp2.000.000. Maka besarnya penyusutan nilai komputer tersebut adalah sebagai berikut.
Depresiasi = (Rp4.500.000-Rp2.000.000) : 5
= Rp1.500.000 : 5
= Rp300.000
Jadi, depresiasi atau penyusutan dari komputer tersebut adalah sebesar Rp300.000 per tahunnya.