IDXChannel - Meski stok masih dirasa aman, namun harga bawang putih tetap mengalami kenaikan. Gejolak ini dirasa para pedagang adalah kejadian yang terus berulang dan belum ditemukan penyelesaiannya.
Ketua Pusbarindo (Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia) Valentino mengungkap kenaikan harga selalu terulang antara bulan Februari dan April. Meski dianggap sebagai fenomena biasa, namun dia meminta agar penerbitan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan surat persetujuan impor (SPI) dipercepat.
"Untuk menghindari itu kami mengusulkan supaya ada transparansi dalam hal penerbitan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura dan surat persetujuan impor," kata Valentino di Jakarta, Rabu (10/2/2021).
Meski demikian, ungkap Valentino, stok bawang putih sampai Maret tetap aman, di angka 175.000 ton. Namun, jika RIPH dan SPI cepat diterbitkan, maka akan menutup upaya pedagang dalam menaikkan harga.
"Kalaupun terjadi kenaikan harga biasanya yang mempermainkan adalah dari pihak distributor dan pedagang. Kalau sampai Maret SPI belum keluar biasanya mereka itu menaikkan harga. Jadi kalau SPI keluar cepat tidak ada puter jalur bagi distributor dan pedagang untuk naikkan harga," tambahnya.
Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Pengusaha dan Pedagang Pangan Umar Anshori membantah kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh distributor. Dia mengungkapkan, kenaikan yang berlangsung setiap awal tahun berawal dari harga importir yang sudah tinggi. Alhasil, para pedagang terpaksa menjual lebih mahal.
Dia kecewa karena pedagang selalu dijadikan sebagai kambing hitam setiap kala harga bawang putih mengalami kenaikan. Padahal, mereka selalu didatangi petugas untuk pengecekan harga.
"Padahal ketika barang tidak ada, pedagang rela antre dari subuh untuk mendapatkan bawang putih, itupun jumlahnya dibatasi hanya satu sampai dua sak per orang, seperti kejadian tahun lalu," beber Umar.
Senada, salah seorang pedagang bawang putih di Jakarta, Wandi, mengaku tidak ada upaya menaikkan harga dari segi penjual. Sebab, harga di importir dan distributor sudah mematok tinggi.
"Kalau dibilang kami menaikkan harga bawang putih adalah salah besar. Kemarin saja, hari Senin, saya mau beli bawang putih sama importir harganya sudah 18.250 rupiah per kilo. Padahal distributor masih jual eceran di harga yang sama, akhirnya distributor mau tidak mau harus menjual di atas 18.250 per kilo supaya ada keuntungan," kata Wandi.
"Minimal harus menjual 18.500 rupiah, jadi cuma ambil untuk 250 rupiah, itupun harus menutupi ongkos dan biaya penyusutan, paling kami hanya ambil keuntungan 100 rupiah per kilo."
Dia menuding kenaikan harga justru disebabkan oleh aturan pemerintah, sehingga membuat proses impor bawang putih menguntungkan negara produsen, dalam hal ini Tiongkok.
"Karena begitu Tiongkok mengetahui izin dikeluarkan sekian ribu ton, tiba-tiba di Tiongkok harga naik. Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh Tiongkok dan importir untuk memainkan harga," jelas Wandi.
Dia melanjutkan, ketika izin belum berlaku, eksportir tidak bisa memainkan harga karena jumlah yang harus diimpor belum ditentukan. Begitu pula dengan importir yang tidak mengetahui jumlah pengimpor bawang putih sehingga harga bisa bersaing.
Namun, sekarang hanya beberapa gelintir importir yang mendapat izin, sehingga mereka mudah menguasai harga.
Sebelumnya, Deputi Bidang Kajian dan Advokasi KPPU, Taufik Ariyanto, sudah mengendus potensi kenaikan harga bawang putih di bulan Maret, April dan Mei. Sebab, lima tahun terakhir terjadi konsistensi kenaikan harga bawang putih. Selama ini, kenaikan terjadi karena keran impor selalu telat dibuka, padahal konsumsi per tahunnya bisa diprediksi.
"Karena itu KPPU merekomendasikan Kemendag dan Kementan untuk mempermudah perizinan impor bawang putih di dalam negeri. Selama ini kebutuhan bawang putih memang dipasok dari impor karena kebutuhan belum bisa dicukupi oleh petani dalam negeri," kata Taufik.
Sementara itu Pelaksana tugas (Plt) Dinas KPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, hingga saat ini bawang putih belum mengalami kenaikan harga.
"Gak ada kenaikan ya mas. Rata-rata masih dibawah HET. HET Rp32.000 dan rata-rata Rp29.000," kata wanita yang akrab disapa Elly. (TYO)