Sedangkan impor golongan bahan baku/penolong yang dibutuhkan industri dalam negeri pada Juli 2022 masih menunjukkan kenaikan sebesar 2,90 persen (MoM).
Peningkatan impor bahan baku/penolong ini juga tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2022 yang berada di level ekspansif sebesar 51,3 indeks poin dan menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir serta cenderung lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Hal ini dapat menjadi indikasi pemulihan dan semakin bertumbuhnya sektor manufaktur.
“Peningkatan impor bahan baku/penolong pada bulan Juli 2022 merupakan indikasi positif dari pemulihan dan semakin bertumbuhnya sektor manufaktur Indonesia,” ucap Mendag.
Lebih lanjut Zulhas memaparkan, beberapa produk dengan kenaikan nilai impor terbesar pada Juli 2022 diantaranya logam mulia, perhiasan (HS 71) naik 62,51 persen MoM, impor Pupuk (HS 31) naik 35,78 persen MoM, gula dan kembang gula (HS 17) naik 29,12 persen MoM, daging hewan (HS 02) naik 27,97 persen MoM, serta serealia (HS 10) naik 10,38 persen MoM.
Berdasarkan negara asalnya, impor nonmigas Indonesia didominasi dari RRT, Jepang, dan Thailand. Negara asal impor dengan kenaikan impor nonmigas tertinggi pada Juli 2022 antara lain Yordania yang naik 112,31 persen (MoM), disusul Swiss naik 72,94 persen MoM, Afrika Selatan naik 32,37 persen MoM, Filipina naik 11,97 persen MoM, dan Kanada naik 11,50 persen MoM.