"Sedangkan dari sisi ketahanan energi, saat ini Indonesia masih dapat memanfaatkan windfall dari ekspor komoditas andalan dan menjadikan APBN sebagai buffer. Meskipun hal ini perlu disesuaikan agar subsidi tidak membengkak," terang Airlangga.
Upaya menjaga ketahanan energi dan pangan diiringi dengan upaya menjaga ketahanan keuangan yang semakin baik. Utang Luar Negeri Indonesia secara keseluruhan pada Mei 2022 telah menurun di angka USD406,3 Miliar atau 33,7% dari PDB, atau turun USD3,8 miliar dibanding April 2022 yang mencapai USD410,1 miliar. Saat ini utang pemerintah masih berada di level yang relatif rendah, yakni di kisaran 40,3% dari GDP.
"Persentase tersebut masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand yang menyentuh 53,7%, India 56,3%, Amerika Serikat 128,9%, dan Jepang 229,1%," ungkap Airlangga.
Berbagai leading indicator lainnya juga memperlihatkan bahwa pemulihan akan terus berlanjut dengan prospek yang positif. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur terus berada di level ekspansif selama 11 bulan berturut-turut, indeks kepercayaan konsumen juga terus berada di area positif, dan penjualan ritel juga terus tumbuh.
Dari sisi pasar modal, IHSG juga terus mengalami tren yang positif, dimana secara year-to-date hingga 12 Agustus 2022 telah mengalami pertumbuhan 8,32% atau berada di level 7.129. Berbagai indikator tersebut menunjukkan bahwa dunia usaha di berbagai sektor masih solid dan akan terus mengalami perkembangan yang baik.