IDXChannel - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut industri nasional tengah menghadapi tantangan domestik. Tantangan tersebut mulai dari belanja produk dalam negeri, hingga digitalisasi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, ada tiga isu utama yang terkait hal tersebut, yaitu rendahnya belanja hasil produksi dalam negeri, kebijakan hirilisasi industri yang masih bergerak lambat, serta transformasi otomatisasi dan digitalisasi revolusi industri 4.0 yang tidak merata, baik dari sisi sektoral maupun skala industri.
“Untuk itu, kami terus mengintensifkan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Presiden menyampaikan bahwa upaya agar produk-produk industri Indonesia mendapat prioritas dalam belanja APBN, APBD, dan BUMN akan terus didisplinkan,” paparnya di Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Menurut Agus, belanja APBN dan BUMN memiliki peluang besar untuk mengungkit lebih tinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mendapat tambahan pertumbuhan ekonomi hingga 1,7%.
“Karena itu, dengan kondisi risiko global yang akan dihadapi, tidak bisa tidak, kita perlu menyatukan langkah dan bersama-sama menjaga sektor industri kita,” ujarnya.
Dalam kaitan ini, Menperin juga akan mengintensifkan program sertifikasi TKDN, termasuk mengupayakan agar pengurusan sertifikat TKDN semakin cepat dan semakin murah. “Terkait hilirisasi, pada pidato sidang tahunan MPR, Bapak Presiden telah menegaskan pentingnya hiliriasi sumber daya alam,” tegasnya.
Sampai saat ini, Kemenperin fokus memacu hilirisasi industri yang berbasis agro, industri berbasis bahan tambang mineral, serta industri berbasis migas dan batubara. “Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kebijakan hilirsasi ini, seperti menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha,” Agus menerangkan.
Melalui hilirisasi ini, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir. Sebagai contoh pada industri agro, hilirisasi kelapa sawit menjadi penting karena minyak sawit yang diolah menjadi minyak goreng menghasilkan nilai tambah sebesar 1,31 kali.
Pada industri berbasis tambang dan mineral, saat ini telah tumbuh pesat industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel.
“Ke depan, smelter nikel tidak hanya melakukan ekspor dalam bentuk NPI maupun bahan baku baterai, tetapi dalam bentuk produk yang lebih hilir seperti produk hilir berbahan baku stainless steel dan baterai listrik,” jelasnya.
Menperin menambahkan, hilirisasi di sektor industri petrokimia juga dinilai sangat strategis karena menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi.
“Pemerintah saat ini tengah mengawal sejumlah proyek pembangunan industri petrokimia raksasa, di antaranya investasi petrokimia seperti di Cilegon,” ujar Agus.
Berikutnya, terkait percepatan transformasi industri 4.0. Sejak peta jalan Making Indonesia 4.0 diluncurkan Presiden Joko Widodo pada tahun 2018, Kemenperin telah menempuh banyak upaya untuk mengembangkan iklim industri 4.0. Upaya tersebut antara lain self-assessment INDI 4.0 bagi perusahaan industri dan BUMN.
“Kemenperin juga telah memfasilitasi program pendampingan industri 4.0 berupa Workshop e-Smart IKM serta membangun delapan Capability Center, yaitu Digital Capabilty Center for Industri 4.0 (PIDI 4.0), empat Satelite Capability Centers, dan tiga Learning Factories,” pungkas Agus. (FAY)