"Saya selalu mengatakan bahwa solusi dari tantangan ini adalah pertanian. Kenapa? Karena pertanian adalah makanan semua orang di dunia, serta lapangan kerja yang paling siap untuk menghadapi tantangan besar global," tutur Syahrul.
Baginya, mahasiswa adalah garda terdepan dalam melakukan berbagai perubahan. Dan pertanian adalah sektor yang paling siap dalam menyambut perubahan tersebut. Syahrul mengklaim bahwa sektor pertanian telah tumbuh meyakinkan, baik pada sisi produktivitas maupun ekapor.
"Maukah kita saling melengkapi? Kita bilang jangan impor, karena rakyat bisa tanam padi sendiri. Mahasiswa yuk bantu, agar petani kita lebih sejahtera. Kita tidak boleh hanya iseng. Semua harus dengan kerja keras, dengan kebersamaan, ketulusan dan keikhlasan. Insya Allah pasti terlaksana," ungkap Syahrul.
Dalam kesempatan tersebut Syahrul juga memaparkan bagaimana pertanian Indonesia tumbuh dengan meyakinkan dengan produktivitas beras yang berada di atas rata-rata. Hal ini berujung FAO dan IRRI memberi penghargaan khusus terhadap sistem ketahanan pangan Indonesia yang mampu mewujudkan swasembada.
"Kita sudah 3 tahun tidak impor beras dan kita diberi penghargaan oleh FAO dan IRRI. Sekarang kita menghadapi dunia yang tidak lagi baik baik saja. besok kita akan menghadapi krisis, krisis energi, keuangan global dan ini menjadi tantangan bagi kita. Tantangan itu pasti ada tetapi kita percaya diri dan harus optimis, tinggal seperti apa kita jalani secara bersama," tegas Syahrul. (TSA)