IDXChannel - Harga minyak mentah telah turun di bawah USD100 per barel. Meski begitu, harganya masih bergerak fluktuatif.
Hal itu yang menyebabkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif belum bisa memastikan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama jeins Pertalite dan Solar subsidi yang ditentukan oleh pemerintah.
"Kita lihat dulu deh, kita belum bisa meramalkan kapan ini (harga BBM bisa turun). Kalau minyak itu balik ke misalnya USD50 - USD60 per barel kita pasti akan menyesuaikan," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/10/2022).
Lebih lanjut, dia menurutkan harga minyak mentah dunia kian tak pasti. Apalagi OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak dunia sebesar 2 juta barel per hari.
"Baru turun di USD85/barel, Arab sama OPEC+ mangkas produksi 2 juta barel, minyaknya overshot lagi jadi USD94 kemudian USD95, kemarin USD92, tadi naik lagi USD94, jadi ini gonjang-ganjing," kata Arifin.
Adapun harga berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik naik 2,4 persen menjadi USD96,47 per barel, setelah sempat turun pada hari sebelumnya. Harga minyak mentah AS naik 2,2 persen menjadi USD89,20 per barel.
Hal itu menyebabkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memperingatkan Arab Saudi akan adanya "konsekuensi" akibat rencana OPEC+ memangkas produksi minyak.
"Tapi ini kan OPEC+ ini ada 22 negara yang mendukung pemotongan produksi. Kala misalnya himbauan Amerika itu bisa didengar ya kita ada harapan untuk harga minyak lebih turun. Tapi kalau dia badung yah susah," ujar Arifin. (FRI)