sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menteri ESDM Targetkan Proyek Smelter Ceria Commissioning di Akhir 2024

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
05/07/2024 08:31 WIB
Menteri ESDM menargetkan proyek smelter nikel milik PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara commissioning di akhir 2024.
Menteri ESDM Targetkan Proyek Smelter Ceria Commissioning di Akhir 2024. (Foto: MNC Media)
Menteri ESDM Targetkan Proyek Smelter Ceria Commissioning di Akhir 2024. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menargetkan proyek pemurnian (smelter) nikel milik PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara commissioning di akhir 2024.

"Saya melihat kemajuan fisik proyek smelter dari Ceria, kita harapkan bahwa mechanical completion bisa selesai Oktober dan bisa commissioning di akhir tahun ini," ujarnya dikutip dalam laman resmi Kementerian ESDM, Jumat (5/7/2024).

Arifin mengatakan proyek smelter nikel Ceria merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang termaktub ke dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Proyek smelter yang dimaksud yaitu smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), yang pada tahap awal dibangun 1 jalur produksi (1 x 72 MVA) untuk mengolah bijih nikel saprolit, dan ke depannya akan dibangun sebanyak empat lajur produksi (4 X 72 MVA) secara bertahap dengan kapasitas produksi 252.700 ton per tahun.

Smelter tersebut nantinya akan mendapatkan pasokan listrik dari PT PLN (Persero) dengan total kapasitas 414 MVA (352 MW) yang telah disepakati dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL), yang pasokan listriknya akan mulai dialirkan bertahap pada tahun ini.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan pemerintah berharap pelaku industri pemurnian mineral harus bisa mengembangkan ekosistem untuk produk akhir elektrifikasi, karena Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat bernilai.

"Kita harus mengantisipasi, bagaimana industri dalam negeri ini bisa berkembang, cita-cita kita elektrifikasi bisa tercapai, nikel ini tentu saja ada di poros baterai NCM (Nikel Cobalt Mangan), kita punya nikel, kemudian limonet kita juga punya cobalt konten yang signifikan, kemudian juga kita masih punya sumber mangan di Nusa Tenggara Timur, nah inilah yanh harus kita integrasikan," tutur Arifin.

Sementara itu, CEO Ceria Group Derian Sakmiwata mengatakan smelter RKEF Ceria line 1 akan beroperasi dalam dua hingga tiga bulan ke depan. 

"Ukuran furnace-nya 72 MVA ini yang nanti akan input raw mineral sebesar 1,4 juta metrik ton per tahun di kadar 1,59," urainya.

Derian menyebut itu merupakan langkah awal Ceria dan RKEF masih memiliki target membangun 4 jalur RKEF yang akan dibangun secara bertahap, dan juga akan membangun smelter dengan teknologi HPAL (High Pressure Acid Leaching) dan seluruh aktivitas industri CERIA berpedoman terhadap kaidah Environment, Social and Governance (ESG).

"Saat ini Ceria juga aktif untuk menerapkan IRMA (Initiative for Responsibility Mining Assurance), ini adalah cara Ceria untuk mengupgrade pola operasi untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan sosial lebih detail lagi untuk mencegah bahaya-bahaya historis yang bisa terjadi lagi dan mencegah bahaya-bahaya yang akan terjadi," kata dia.

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement